GELIATEKONOMI, BANDUNG — KURIKULUM Merdeka tetap menjadi acuan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) di Sekolah Dasar. Meskipun kini pendekatannya, semakin ditekankan pada Metode Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam.
Hal tersebut diungkapkan oleh Edi Rachmat, salah seorang Guru PJOK di SDN 217 Sarijadi Kota Bandung. Disela-sela penilaian materi Olahraga di lapang Olahraga Sekolah.
Edi juga menjelaskan bahwa meskipun terdapat pembaruan dalam capaian pembelajaran. Inti Materi yang diajarkan dari kelas 1 hingga kelas 6, tidak mengalami perubahan signifikan.
“Kalau Materi Kelas 1 memang ada penyesuaian, tapi tidak berarti seluruh isi kurikulum berubah. Yang berubah hanya pada capaian pembelajarannya, bukan substansi olahraganya,” ujar Edi, Kamis, (31/7/2025), merujuk pada arahan terbaru yang disampaikan oleh P3TK, Edi Supadjoto.
Edi Rachmat menjelaskan, bahwa dengan pendekatan Deep Learning, delapan kompetensi lulusan menjadi landasan utama. Diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis, kreatif dan berkarakter baik. Pendekatan ini lebih menekankan pada pendalaman materi dan cara penyampaian yang lebih interaktif, tanpa mengubah esensi dari mata pelajaran PJOK itu sendiri.
Edi juga menjelaskan model pengelompokan kelas yang disebut Perfase1, dimana kelas 1 dan 2 berada di kelompok Fase A, kelas 3 dan 4 di Fase B, serta kelas 5 dan 6 di Fase C. Hal ini membuat penyusunan materi lebih efisien karena siswa dalam kelompok yang sama menerima materi yang sejalan.
Mengenang perjalanan kariernya sebagai Guru sejak 2016, Edi bercerita tentang awal penempatannya di SD Gerkalong Girang di masa kepemimpinan Kepala Sekolah Pak Kamil. Setelah itu, ia sempat dipindahkan ke SD Cilandak 2 yang kemudian mengalami Merger, hingga akhirnya kembali mengajar di SDN 217 Sarijadi hingga saat ini.
Selama menjadi Guru Olahraga, Edi Rachmat mengaku banyak mendapatkan pengalaman berharga.
“Sukanya banyak, dukanya tidak terlalu terasa. Tantangan terbesar adalah bagaimana kita bisa lebih sabar dan memahami kondisi peserta didik serta Orang tuanya,” ungkap Guru yang kerap dikenal juga, sebagai Wasit Nasional dan Referee Daerah Jabar di Cabang Olahraga Bulutangkis.
Menurut Edi, keberagaman kondisi Sosial Ekonomi bukan menjadi hambatan, melainkan dorongan untuk terus mengembangkan cara mengajar yang lebih Empatik dan Membumi. (Sip).